Kamis, 14 Januari 2010

Apakah yang Dimaksud dengan “Sarang Penyamun” itu?


Saya menyadari kalau saya masih berhutang jawaban/penjelasan atas 2 hal, yang di dalam postingan-postingan sebelumnya telah saya janjikan untuk memberikannya. Kedua hal itu ialah: 1) Apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan "sarang penyamun" itu? Dan, 2) Kerusakan-kerusakan seperti apakah yang dialami oleh gereja-gereja sekarang ini (sehingga patut untuk menerima julukan “sarang penyamun” dan karenanya harus direformasi)? Di sini kita akan melihat yang pertama, sedangkan untuk yang kedua saya akan bagikan di tulisan yang berikutnya.

Yang akan saya lakukan nanti di sini ialah membagikan beberapa catatan yang saya kutip dari beberapa sumber yang sudah umum dijadikan sebagai acuan.

Minggu, 10 Januari 2010

Gereja menjadi "Sarang Penyamun": Siapa para Penyamunnya?


Menjadi "sarang penyamun" adalah dosa terbesar atau kerusakan terparah dari gereja-gereja sekarang ini. Dan, sesungguhnya kondisi (yang digambarkan) sebagai "sarang penyamun" itulah yang menyebabkan gereja-gereja sekarang ini saya sebut (di dalam postingan yang sebelumnya) sebagai sudah mengalami kerusakan yang teramat parah. Kerusakan gereja-gereja itu sudah sedemikian parahnya, sehingga tidak mungkin untuk diperbaiki secara ala-kadarnya saja lagi. Satu-satunya cara yang bisa menolong ialah: gereja-gereja itu sekarang ini (semuanya) haruslah direformasi.

Saya menggunakan sebutan (julukan) "sarang penyamun" terhadap gereja-gereja sekarang ini (yang saya mulai di dalam buku saya yang pertama, Rumah Tuhan menjadi Sarang Penyamun) adalah karena saya terinspirasi dari kata-kata Yesus di dalam Matius 21:12-13. Dan, saya juga melihat keserupaan yang sangat mencolok antara kondisi (atau bagaimana orang-orang memperlakukan) gereja-gereja sekarang ini dengan kondisi (atau bagaimana orang-orang memperlakukan) rumah Tuhan di zaman dahulu, yang dikatakan oleh Yesus telah dibuat menjadi "sarang penyamun" oleh mereka itu.

Sabtu, 09 Januari 2010

Gereja-gereja Sekarang ini Telah menjadi "Sarang Penyamun"




Setelah kira-kira setahun berlalu, dari waktu saya menerbitkan buku pertama saya (Rumah Tuhan menjadi Sarang Penyamun - Menuju Reformasi Gereja yang Sebenarnya), saya mulai tertarik dengan internet, dan mulai agak sering-sering "googling". Dan, ketika saya menggunakan jasa "Mr. Google" untuk "membagikan" kepada saya informasi yang dimilikinya sekitar kata "sarang penyamun", saya begitu terkesan dengan apa yang saya dapatkan di sana. Ternyata, sebutan "sarang penyamun" sudah pernah menjadi topik pembicaraan yang sangat hangat di negeri ini. Tampaknya hal itu dimulai ketika Dr. Anwar Nasution mengeluarkan statement bahwa BI adalah "sarang penyamun".

Berikut ini saya kutip dari Berita Indonesia: “Sarang Penyamun”. Kosa kata ini seperti segar kembali dalam ingatan ketika mendengar desas-desus tentang amandemen UU No. 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia (BI). Sarang Penyamun merupakan sebutan Dekan Fakultas Ekonomi UI Anwar Nasution (sekarang Ketua BPK) terhadap Bank Indonesia (BI), ketika kontroversi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) sebesar Rp 650 triliun mengemuka ke publik pasca keruntuhan Orde Baru
(http://www.beritaindonesia.co.id/ekonomi/menghindari-bi-kembali-jadi-sarangpenyamun/).

Sejak saat itulah "sarang penyamun" telah menjadi "nama baru" untuk BI. Dan, orang-orang pun rame-rame membicarakannya. Pada akhirnya, bukan hanya BI saja yang disebut sebagai "sarang penyamun", tetapi sebutan itu sudah berkembang kepada semua lembaga-lembaga lain di negeri ini juga, bahkan telah digunakan untuk menyebut negeri ini sendiri. Perhatikanlah cuplikan-cuplikan dari artikel-artikel yang berikutnya ini.

Jumat, 08 Januari 2010

Mengapa Gereja-gereja Sekarang ini Harus Direformasi?

Wikipedia Indonesia: Reformasi secara umum berarti perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa.

Di Indonesia, kata Reformasi umumnya merujuk kepada gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharto atau era setelah Orde Baru

Kendati demikian, kata Reformasi sendiri pertama-tama muncul dari gerakan pembaruan di kalangan Gereja Kristen di Eropa Barat pada abad ke-16, yang dipimpin oleh Martin Luther, Ulrich Zwingli, Yohanes Calvin, dll (http://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi).

Bambang Adhyaksa (Wakil Bendahara PBNU): ...Reformasi yang dapat berarti perubahan sebuah sistem atau pembentukan kembali merupakan suatu hal yang tidak dapat dengan mudah dilakukan. Apalagi jika konteks reformasi yang dibicarakan meliputi semua bidang. Memang hal itulah yang seharusnya dilakukan, reformasi total, baik itu sistemnya yang berubah ataupun profil sumber daya manusianya. (http://myartikel.wordpress.com/2008/05/17/refleksi-10-tahun-reformasi/, Sumber: http://www.republika.co.id/).