Kamis, 14 Januari 2010

Apakah yang Dimaksud dengan “Sarang Penyamun” itu?


Saya menyadari kalau saya masih berhutang jawaban/penjelasan atas 2 hal, yang di dalam postingan-postingan sebelumnya telah saya janjikan untuk memberikannya. Kedua hal itu ialah: 1) Apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan "sarang penyamun" itu? Dan, 2) Kerusakan-kerusakan seperti apakah yang dialami oleh gereja-gereja sekarang ini (sehingga patut untuk menerima julukan “sarang penyamun” dan karenanya harus direformasi)? Di sini kita akan melihat yang pertama, sedangkan untuk yang kedua saya akan bagikan di tulisan yang berikutnya.

Yang akan saya lakukan nanti di sini ialah membagikan beberapa catatan yang saya kutip dari beberapa sumber yang sudah umum dijadikan sebagai acuan.



Pertama-tama, saya mengajak anda untuk membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan melihat di bawah entri “sarang”. Di sana kita bisa menemukan penjelasan untuk kosa kata “sarang penyamun”, yaitu: -- penyamun tempat para penyamun atau penjahat dsb menetap, berkumpul, atau bersembunyi (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).

Kemudian, mari kita perhatikan sejenak penggunaan kosa kata itu di dalam Alkitab (Strong), sbb:
Sarang = Ingg. a cave, den; Yun. Sphlaion spelaion (spay’-lah-yon): ou [neuter] gua; tempat bersembunyi (untuk perampok). (http://alkitab.sabda.org/strong.php?id=4693).
Penyamun = Ingg. tief, robber, plunderer, freebooter, brigand; Yun. lhsthv lestes (lace-tace’): perampas; pemberontak, perampok, penyamun. (http://alkitab.sabda.org/strong.php?id=3027).

Perlu diperhatikan bahwa penggunaan kosa kata itu di dalam Alkitab adalah sebagai sebuah kiasan. Hal ini tentunya berbeda dengan, misalnya, yang terdapat di dalam novel karangan Sutan Takdir Alisyahbana, Anak Perawan di Sarang Penyamun, di mana kosa kata itu digunakan secara harfiah. Jadi, karena ini adalah sebuah kiasan, kita pun harus melihat dan memperlakukannya (hanya) sebagai sebuah kiasan juga. Inti dari kiasan itu adalah kira-kira begini: Penyamun-penyamun = para pemimpin umat (imam-imam) yang pada masa itu telah berlaku korup (menyeleweng) dan abusif (menindas/melecehkan); Sarang = bangunan Bait Allah itu sendiri, yang telah mereka jadikan sebagai sarana berkamuflase, agar mereka bisa menjalankan aksi-aksi jahat mereka itu dengan mulus/lancar, terhadap umat.

Berikutnya ini adalah komentar atas Matius 21:13 dari Matthew Henry Commentary :

(2.) He shows, from a scripture reproof, how they had abused the temple, and perverted the intention of it; Ye have made it a den of thieves. This is quoted from Jer. vii. 11, Is this house become a den of robbers in your eyes? When dissembled piety is made the cloak and cover of iniquity, it may be said that the house of prayer is become a den of thieves, in which they lurk, and shelter themselves. Markets are too often dens of thieves, so many are the corrupt and cheating practices in buying and selling; but markets in the temple are certainly so, for they rob God of his honour, the worst of thieves, Mal. iii. 8. The priests lived, and lived plentifully, upon the altar; but, not content with that, they found other ways and means to squeeze money out of the people; and therefore Christ here calls them thieves, for they exacted that which did not belong to them. (http://www.ccel.org/ccel/henry/mhc5.Matt.xxii.html)
(Saya terjemahkan secara bebas: (2.) Dia menunjukkan, dari teguran kitab suci, bagaimana mereka telah melecehkan bait itu, dan menyelewengkan maksudnya: “Kamu telah menjadikannya sarang penyamun”. Ini dikutip dari Yer. 7:11, “Apakah rumah ini telah menjadi sarang penyamun di matamu?” Ketika kesalehan dijadikan jubah dan penutup kejahatan, dapat dikatakan bahwa rumah doa itu telah menjadi sarang penyamun, di mana mereka bersembunyi, dan yang menjadi tempat tinggal mereka sendiri. Pasar sering kali juga menjadi sarang pencuri/penyamun, begitu banyak praktek-praktek korupsi dan kecurangan dalam pembelian dan penjualan; tetapi “pasar” di dalam Bait Allah sudah tentu demikian, karena mereka menipu Allah dari kehormatan-Nya, pencuri/penyamun yang terburuk, Mal. 3:8. Para imam hidup, dan hidup berkecukupan, di atas mezbah, tetapi, tidak puas dengan itu, mereka menemukan cara dan sarana lain untuk memeras uang dari orang-orang, dan karena itu Kristus di sini menyebut mereka pencuri, karena mereka memeras dari apa yang bukan milik mereka).

Dan terakhir, saya akan masukkan juga dari Full Life (The Full Life Study Bible, Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia, Copyright © 1993, 1994 Penerbit Gandum Mas), catatan kaki untuk Yeremia 7:11, dalam menjelaskan frasa "sarang penyamun":

Penyamun sering kali mempergunakan sarang untuk bersembunyi dan merencanakan kejahatan selanjutnya. Yeremia memakai gambaran ini untuk melukiskan orang yang memasuki Bait Suci untuk mempersembahkan korban yang menurut pikiran mereka akan menutup dosa mereka di hadapan Allah; pada saat bersamaan mereka merencanakan untuk meneruskan cara hidup penuh dosa. Yesus mengutip sebagian ayat ini ketika menuduh para pemimpin Yahudi pada zaman-Nya (lih. Mat 21:13; Mr 11:17; Luk 19:46).(http://sabdaweb.sabda.org/biblical/note/?b=24&c=7&v=11&note=full&lang=indonesia&theme=clearsky).

Demikianlah, semoga dari catatan-catatan tersebut kita sekarang sudah terbantu untuk memahami mengenai apa sesungguhnya yang dimaksud dengan "sarang penyamun" itu, dan apa tujuan dari penyebutan itu, khususnya ketika kosa kata itu digunakan di dalam Alkitab. Sehingga dengan demikian, kita pun akan menjadi terbantu juga untuk melihat apa sebenarnya yang saya maksudkan, ketika saya menyebut gereja-gereja sekarang ini sebagai (atau telah menjadi) "sarang penyamun".

1 komentar:

Saya akan sangat senang sekali kalau Anda bersedia memberikan komentar Anda (singkat atau panjang) di sini: